O, ya , tunggu kita harus ceritakan bgmn Portugis masuk ke Tatar Sunda....
tahun 1492, Kerajaan Portugal dan Spanyol berkoalisi mencari dunia baru, karena setelah Konstantinopel (sek. Istambul) jatuh
ke tangan Islam, mereka harus mencari pusat perdagangan (emporium) baru..Ada yang pergi ke Barat (Columbus) ada juga yg pergi ke Timur...
keduanya bertemu di Filipina Utara...terjadilah pertempuran...hingga akhirnya tahun 1496, Paus membagi dunia utk mereka berdua sbg pemegang hegemoni dunia
dlm Perjanjian Tordesillas. Dari Tg Verde ke sebelah Barat menjadi milik Spanyol, dan dari Tg Verde ke Timur milik Portugis...jadilah Portugis seenak udelnya mencomoti
wilayah-wilayah di timur.,dan Malaka pun jatuh ke tangan mereka th 1511. Dari Malaka inilah mereka terus mengembangkan saya hingga ke Maluku.
Menurut catatan perjalanan Tome Pires yg dibukukan dlm judul Summa Oriental, disebutkan bahwa ia singgah di Banten dan Cirebon th 1512-1513, dlm perjalanan ke Maluku.
Dari catatan inilah kita jadi tahu, bahwa Kerajaan Sunda, memiliki 6 pelabuhan di Pantai Utara Jawa bagian Barat, disebutlah: Bantam (Banten), Cheguide (Cigede),Pomdam (Pontang) Tamgaram (Tangerang), Kalapa (Sundakalapa), dan Chemano (Cimanuk) .
Portugis hanya menguasai sebagian Sundakalapa...Peninggalannya: Gereja Tugu di Cilincing, Orkes Keroncong tugu, dan beberapa istilah spt : Minggu (dr kata Dominggo), sado (dr kata dos a dos), jendela, meja, dsb. juga istilah-istilah navigasi...karena rupanya orang Portugis adalah The Ruler of the Waves, sebelum akhirnya direbut Inggris pd abad ke-17...Di Sunda, Portugis mndpt komoditas lada.(yg memang banyak ditanam di Banten hingga Lampung)
Selanjutnya Portugis lebih suka mangkal di Maluku...dan kemudian tersisa di timor...
Sementara itu, setelah Kerajaan Sunda runtuh, tinggallah kerajaan Banten di bagian Barat, Kerajaan Cirebon di pantura, Sumedanglarang (tadinya kerajaan kecil bawahan Pajajaran, berkedudukan di Kutamaya, Sumedang sekarang, dan Galuh di Ciamis sekarang. Sumedanglarang tampil sbg penerus raja sunda, karena menurut cerita tradisi , regalia Pajajaran dibawa
oleh 4 orang petinggi kerajaan yg berhasil lolos dari serbuan Banten, ke Sumedanglarang. Dan berdasarkan budaya politik tradisional, siapa yg memegang regalia (pusaka) suatu kerajaan, maka dialah yg menjadi penerus raja pemilik regalia. Pusaka itu berupa: mahkota binokasih, dan sejumlah hiasan laui, disertai tombak ageman Prabu Siliwangi....Muncullah Prabu Geusan ulun, th 1581 sbg nalendra (penguasa) Sumedanglarang..Tahun 1613, Sultan Agung menjadi Raja Mataram, ia melakukan invasi ke seluruh Jawa. Prabu Geusan Ulun pun menyerah dg hati suci (istilahnya "prayangan") kpd Mataram dan bersedia mengabdikan diri. maka ia pun diangkat sbg Wedana Bupati, koordinator para bupati. lahirlah istilah "Priangan" dasri kata "prayangan" (eh masih ada 10 asal-usul kata Priangan ini)...orang Wolanda menyebutnya "Preanger". Dengan demikian Priangan pun menjadi vassal Mataram (di sinilah lahirnya feodalisme Mataram-Sunda spt dlm konsep Barat).
Tahun 1628, S. Agung melakukan serbuan ke Batavia utk mengusir VOC dari sana. Dipati Ukur, dari Tatar Ukur (sekarang Kabupaten Bandung) menyediakan diri utk membantu, dg catatan: ia nantinya diangkat jadi Wedana Bupati. Serbuan ke Batavia gagal karena, Dipati Ukur dg pasukannya berjumlah sekitar 4000 orang (bukan pasukan terlatih kebanyakan petani yg dipersenjatai)
terlal;u lama menunggu di Ujung Karawang, sementara pasukan Mataram di bwh pimpinan Bahureksa belum nongol juga (mrk datang melalui laut)...akhirnya setelah 3 bulan menunggu, sementara logistik smkn menipis, Dipati Ukur menyerbu Batavia dan kalah...ketika Bahureksa datang dari laut, VOC sh siap memangsa mereka, dan hancurlah pasukan Mataram. Sultan Agung murka kpd dipati Ukur yg menyerbu tanpa menunggu Bahureksa (kalau sdh ada HP waktu itu...kan nggak akan kejadian begini ya. he he..). Dipati Ukur pun dijadikan dpo...diuber-uber..ke seluruh Tatar Sunda...akhirnya tertangkap di Cililin...dn dibawa ke Mataram dg 1000 orang pengikutnya. Di sana dihukum picis (Dipati Ukur diikat di lapangan, tiap yg lewat boleh melukai dan kemudian menyiramnya dg air garam dan cengek...hingga tewaas, yg lainnya mengalami nasib serupa...yg perempuan dijadikan gundik atau budak...Eh, tapi cerita ttg hukuman yg kejam ini diceitakannya dlm naskah-naskah bandung ya...jd belum tentu benar juga....namun, kisah ini rupanya termakan orang Sudna, hingga sekarang masih ada dendam orang tatar Ukur kpd Mataram, kpd orang Sukapura (Tasikmalaya) yg dianggap berkhianat karena menunjukkan persembunyian Dipati Ukur kpd pasukan mataram...
Nah, pada tahun 1640, Sultan Agung melakukan reorganisasi, Priangan dibagi atas 8 wilayah kabupaten, masing-masing dipimpin bupati. Lahirlah beberapa keluarga menak (bangsawan) terkemuka di Priangan: yaitu Wiranatakusumah (dulu namanya Wra angun-angun )dari Kab Bandung, Wiratanudatar dari Kab Cianjur, Wiradadaha dari Sukapura (Tasikmalaya),
Mereka diberi gelar kebangsawanan "raden"..dan gelar jabatan mulai dari Adipati, Aria, Tumenggung, Ngabehi...Bupati Yang paling tinggi kedudukannya: Raden Adipati Aria.(R.A.A.). Bila keturunan langsung dari Raja Sunda bisanya memakai "Pangeran...seperti di Sumedang...
Ketika poengganti Sultan agung, yaitu Sunan Amangkurat I dan II, menyerahkan Priangan ke tangan VOC sbg upah kpd VOC yg memabntu dlm perang suksesi di Mataram, maka atasan para Bupati Priangan adalah gubernur Jenderal VOC yg berkedudukan di Batvai (ini terjadi th 1677 dan 1705). jadi, Mataram menguasai Priangan dlm 2 generasi. Namun pengaruhnya luar biasa:
Bahasa Sunda jadi bertingkat-tingkat dari halus hingga kassar spt dl bahasa Jawa, hihuruf Jawa diadopsi jd Sunda Jawa, kesenian, pakain, arsitektur, ikut terpengaruh....
Di bawah VOC, para bupati di priangan hanya diajdikan perantara, utk mensukseskan Preangerstelsel, yaitu upaya penanaman komoditas tertentu sejak th 1677. Mula-mula yg ditanam adalah nila (tarum), kapas dll. kemudioan sejak 1706, ditanami kopi. Para bupati mendpt tip 1 gulden per pikul kopi (76 kg). Nah, karena Bandung menjadi daerah penghasil kopi paling subur...
ia mendpt tip 100.000 gulden per tahun . Dari Prenagerstelsel yg berlangsung hingga th 1871, itulah Belanda bisa membangun dam2 di Laut Utara...
Ketika th 1799 VOC dibubarkan, maka atasan para bupati adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yg berkedudukan di Batavia. Paar bupat diangkat dg besluit (surat keputusan) Gub Jend.
Utk mengawasi para bupati ini, dilakukan administrasi wilayah. Ketika Daendels dtg th 1808, Pulau Jawa dibagi atas 9 prefektur (spt di Perancis) salah satunya Priangan. Ibukota prefektur Priangan di Bandung. Di sini berkedudukan seorang Prefek. Setelah Daendels mabur, dtg Thomas Stamford Raffles berkedudukan sbg Letnan Gubernur (karena Gubernur Jenderal EIC ada di India), Raflles mengganti prefektur dg Keresidenan yg dipimpin residen yg duduk di ibukota keresidenan. Semnatra itu di tiap ibukota kabupaten (bandung, Cianjur, Sumedang, Galuh, Cianjur, Bogor, dst...) duduk seorang asisten residen. Mereka biasanya tingal di sebelah utara Pendopo Kabupaten..di bawah Asisten Residen, ada kontrolir yg bertugas ke distrik-distrik...
Nah , sepanjang abad ke 1-9 inilah tejadi konsolidasi pemerintah jajahan yg sesungguhnya....
Para bupati pun, hanya duduk dolm birokrasi tradisional yg diwawasi birokrasi kolnial. Sejak massa Daendels, para bupati dan aparatnya (patih, wedana, asisten wedana, dan para mantri -mantri guru, mantri polisi, mantri garam, mantri candu...dsb) dijadikan ambtenaar/pegawai kerajaan yg digaji.....Bupati bergaji 1.200 gulden per bulan, Hanya bupati kaya yg dpt tip palg besar yg bisa hidup mewah...bahkan orang pertama yg punya mobil Fiat di Jawa ini adalah Sultan Yogya, Sultan Solo, dan Bupati Bandung...Para bupati kaya (termsk Cianjur) bergaya hidup bagai raja-raja kecil..................nah itu dulu ceritanya ya...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar